Daerahnya sejuk, pemandangannya indah, apalagi ketika waktu senja tiba, anda akan disuguhi sunset dari atas gunung dengan lukisan alam yang indah berpadu dengan kokohnya patung Jenderal besar itu. Ya, itulah nuansa natural yang bisa anda peroleh ketika anda berkunjung ke salah sattu obyek wisata di Pacitan. Tepatnya di Dusun Sobo, Desa Pakisbaru, Kecamatan Nawangan ada sebuah monument bersejarah yang menjadi saksi gigihnya perjuangan Jenderal Soedirman ketika mengalami perang gerilya. Dan perjuangan itu diabadikan dengan sebuah monument Jenderal Soedirman di Pacitan. Selain monument, ada juga rumah yang dulu pernah dipakai jenderal Sodirman sebagai markas saat melakukan gerilya.
Kompleks Monumen Panglima Besar Jenderal Besar Sudirman terdiri atas patung Jenderal Sudirman setinggi 8 meter. Juga dilengkapi ruang perpustakaan, ruang audio visual,ruang resepsionis, mushola, toilet, pasar seni, cafetaria, lapangan, dan diorama yang menggambarkan perjuangan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia sampai pengakuan kedaulatan 27 Desember 1949 oleh Belanda atas kemerdekaan Indonesia. Ada 38 relief di kompleks monumen ini. Relief tersebut terbuat dari perunggu yang menggambarkan perjalanan hidup Sudirman dari masa kelahiran, belajar mengaji, sekolah, kepanduan, mendirikan koperasi, menjadi anggota Peta, memimpin gerilya, hingga meninggal di Magelang. Dan bila Anda berwisata ke monumen yang diprediksi bakal menjadi obyek wisata internasional ini, sebelum tiba di monumen tersebut, Anda akan melihat 8 gerbang yang menunjukkan delapan provinsi pada 1948-1949. Masing-masing gerbang bertuliskan kata-kata motivasi dari Jenderal Sudirman, antara lain tulisan berbunyi “Walau dengan satu paru-paru dan ditandu, pantang menyerah”.
Selain monumen utama, terdapat juga rumah bekas markas gerilya Panglima besarJenderal Soedirman. Rumah ini ditempati Jenderal Sudirman selama 107 hari, sejak 1 April 1949 s/d 7 Juli 1949 sekaligus menjadi markas gerilya beliau. Lokasinya berada di Dukuh Sobo, sekitar 2 Km dari monumen. Didalam rumah, anda akan melihat di ruangan depan ada 2 pintu. Atapnya di topang tiang-tiang kayu. Di ruangan ini ada 4 kamar tidur, salah satunya kamar tidur Jenderal Sudirman. Selain itu juga ada foto Sudirman dengan masyarakat di depan rumah bersejarah ini, foto ketika berangkat bergerilya dan ketika beliau pulang ke Yogyakarta. Masih di ruang ini, juga ada tiruan tandu, meja dan kursi untuk tamu, dan tempat tidur pengawal/ajudan beliau, yaitu Soepardjo Rustam dan Tjokro Pranolo. Di ruangan ini juga ada satu set meja dan kursi tamu dari kayu dan balai dari bambu. Ruang bagian belakang, atapnya juga disanggah tiang-tiang kayu. Di ruang ini difungsikan sebagai dapur lengkap dengan alat-alat memasak, tempayan, meja dan kursi makan dari kayu. Di rumah bekas markas gerilya yang berudara sejuk ini, dahulu digunakan Jenderal Sudirman sebagai tempat bersosialisasi dan bergabung dengan masyarakat setempat. Beliau juga menerima tamu dengan pejabat pemerintah di Yogyakarta di rumah ini.